Si kakak seharian nempel aja sama gadgetnya. Kemana-mana selalu ada gadget di tangannya. Sampai ke kamar mandi, gadgetnya pun ikut serta. Untunglah si gadget hanya benda mati, jadi bisa dipastikan dia ga akan ngapa-ngapain si kaka. Setali tiga uang dengan si kakak, adik pun ga mau kalah. Bangun tidur yang di cari tablet bukan bundanya yang cantik atau ayah yang keren. Mau berangkat sekolah, di say “goodbye” dengan manis sama tablet yang dengan rapi di simpan di dalam lemari, sama Bunda dan Ayah cukup dengan menempelkan tangan ke pipi.
Pernah menemukan fenomena seperti
itu? Melihat atau memang betul terjadi di dalam rumah kita sendiri? Ya, itulah
keajaiban yang terjadi saat ini. Saat posisi Ayah dan Bunda, Kakak dan Adik,
Orangtua dan Anak semakin tergeser oleh kehadiran gadget-gadget berteknologi
canggih. Hubungan yang seharusnya hangat perlahan dan pasti berubah menjadi
dingin, hambar, tanpa rasa.
Tidak menyalahkan kehadiran
teknologi super canggih yang kini telah mewarnai kehidupan kita, tapi dengan
kehadirannya di rumah bak selebriti membuat penghuni rumah kalap untuk
berdekat-dekatan dengannya. Semua bisa terhipnotis dengan kehadiran benda
penghubung dua dunia itu. Semua seakan memiliki dunia sendiri. Dunia yang
dibuat hanya untuk dirinya sendiri dan terkunci untuk orang lain.
Pada dasarnya, teknologi canggih
yang tertanam di dalam gadget itu memang kita butuhkan. Kehadirannya kini
menjadi salah satu kebutuhan. Yang paling sederhana, kita membutuhkan gadget
untuk berkomunikasi. Jika dulu saat alat komunikasi belum secanggih hari ini,
kita hanya bisa menulis surat atau untuk yang lebih cepat menggunakan telegram
yang jumlah katanya dibatasi. Atau untuk melakukan komunikasi langsung kita
harus berjalan mencari telpon umum koin yang lebih banyak rusaknya karena kotak
koinnya di bobol bocah tak bertanggung jawab. Begitu mewahnya sebuah handphone
saat itu, hingga harganya kadang terlampau tinggi. Hingga tak banyak orang yang
mampu memilikinya.
Kini, semua itu seakan berbalik 180
derajat tanpa celcius. Gadget dijual bak air mineral gelasan yang dijual
pedagang asongan pinggir jalan. Murah, meriah dan hore. Semua perusahaan
seluler berlomba mengeluarkan gadget murahan sampai mahalan. Semuanya dalam
kemasan yang aduhai nan menawan. Seakan menggoda dengan lirikan maut lewat
etalase-etalase toko yang mengkilap.
Tak main-main, telpon seluler
murahan pun kini telah ditanam teknologi canggih. Jangan heran kalau tukang
sayur punya akun whatsapp bahkan membuat grup sesama tukang sayur. Pekerja
bangunan memiliki akun instagram dengan koleksi foto-foto hasil kerjanya. Dan,
semuanya terjadi dengan mudah.
Teknologi canggih itu tidak bisa
dihentikan arusnya karena mereka di buat dan yang pada akhirnya datang sesuai
dengan kebutuhan. Yang memegang kendali untuk menerima atau menolak arus itu
adalah diri kita sendiri. Membuat tanggul pertahanan mungkin diperlukan jika
dirasa arus itu akan berbahaya. Sebagai konsumen, kita lah yang menjadi
penentu.
Keharmonisan hubungan keluarga yang
harusnya dijaga terkikis sedikit demi sedikit dengan hadirnya benda-benda itu.
Semuanya seakan sibuk dengan kehadirannya. Seorang Bunda yang asyik dengan grup
whatsappnya hingga mengabaikan balitanya yang merengek lapar. Seorang Ayah yang
seru berselancar dengan Path sampai tidak menoleh sedikit pun saat si kakak
mengajaknya bersepeda.
Adik yang terhipnotis dengan game online sampai tidak
menjawab saat sang bunda bertanya tentang kegiatan sekolahnya hari ini. Kaka
yang ketawa sendiri dengan chat nya bersama teman-teman di seberang sana sampai
tak sadar sang bunda telah berteriak menyuruhnya makan. Ya, itulah yang
terjadi. Saat ini. Dan mungkin terjadi di rumah kita sendiri. Betapa
menyedihkan suasana seperti itu jika itu memang terjadi dalam rumah kita
sendiri. Rumah yang seharusnya penuh kehangatan dan kecerian asli keluarga.
Bukan kecerian karena masing-masing tertawa sendiri dengan gadget yang sekan
telah melekat kuat dalam genggaman. Bukan kehangatan karena sebentar-sebentar
semua gadget antri di charge dan membuat rumah hangat karena radiasi.
Saatnya merubah semuanya, jika
tidak ingin gadget lebih dalam meracuni kepala kita dan keluarga. Mengatur
kepemilikan gadget dan jadwal berinteraksi dengannya. Orangtua yang bisa
mengambil peran dalam mengaturnya. Dan, orangtua lah yang harus memberi contoh
terlebih dahulu karena orangtua seakan menjadi big boss dalam rumah.
Aturlah jumlah gadget yang bisa
berkeliaran dalam rumah. Untuk handphone, cukup orangtua dan anak yang sudah
remaja yang bisa memilikinya. Untuk balita dan anak-anak, sebaiknya tidak
diberikan terlebih dahulu. Mengingat mereka memang belum membutuhkan, efek
radiasi yang dikeluarkan dari ponsel tidak baik bagi balita dan anak.
Walau
memang efeknya tidak baik bagi semua orang, namun balita dan anak yang paling
rentan terhadap paparan ini. Untuk gadget lain seperti tablet pun, sebaiknya
hindari penggunannya untuk anak balita. Sinar yang keluar melalui layar tablet
pun disinyalir akan mempengaruhi fungsi otak anak. Untuk melatih motoriknya
lebih disarankan untuk memberikan anak seember lego dan biarkan ia membuat
benda sesuai imajinasinya.
Setelah mengatur jumlah gadget di
rumah, kini aturlah jadwal berinteraksi dengannya. Ayah dan bunda sebaiknya
tidak menggenggam ponsel saat berkumpul dengan keluarga. Gunakan momen
berkumpul itu dengan mendegarkan cerita seru anak-anak tentang sekolah,
pelajaran dan teman-temannya.
Tinggalkan gadget dalam kamar, boleh dalam
keadaan aktif bahkan lebih baik jika di non aktifkan, itu pilhan. Atau jika
tidak bisa di non aktifkan, matikanah paket data atau koneksi internet sehingga
segala akun sosial media otomotas tidak berfungsi sementara waktu. Karena,
itulah yang membuat quality time orangtua dengan anak kadang berkurang bahkan
hilang. Sebuah koneksi yang menjadi jembatan bagi dunia nyata dengan dunia
maya. Memberi keasyikan semu tiada terkira hingga melupakan keasyikan nyata
yang bisa didapatkan dari dunia nyata. Keluarga kita sendiri.
Bagi kakak dan adik, kurangilah
berinteraksi aktif dengan gadgetmu bahkan menjadikannya sahabat karib. Ada
orangtua yang siap menjadi sahabat luar biasa. Ayah bunda bisa menjadi
pendengar yang sangat baik. Jika gadget canggihmu bisa habis batterynya,
orangtuamu tidak akan pernah kehabisan battery bahkan energinya akan selalu ada
untukmu. Mereka luar biasa, bahkan terlalu canggih jika dibandingkan dengan
gadgetmu yang tiba-tiba bisa rusak. Ayah bunda tidak akan pernah bisa rusak,
walau sakit sekalipun, mereka akan berusaha kuat agar bisa duduk mendengarkan
keluh kesahmu.
Saatnya bersahabat dengan gadget.
Loh, ko malah disuruh bersahabat dengan gadget? Bukannya kita diminta untuk
menjauhinya? Maksud bersahabat disini bukan berarti kita diminta untuk berkawan
baik hingga tak bisa dipisahkan. Maksud dari bersahabat disini yaitu
menggunakan gadget yang kita miliki sebijak mungkin.
Unduh dan gunakan aplikasi
yang memang sangat kita butuhkan, jangan semua aplikasi gratisan kita jejal
dalam gadget. Karena, yang seringkali membuat gadget kita rusak adalah saking
banyaknya aplikasi yang kita ambil di playstore hingga kinerja gadget kita
menjadi lamban. Yang pada akhirnya membuat gadget kita menyerah dan tewas
karena tidak sanggup menanggung beban hidup. Maksimalkan fungsi asli gadget itu
sendiri. Contohnya ponsel, fasilitas menerima dan melakukan panggilan juga
layanan pesan pendek masih bisa di pergunakan dengan baik.
Matikan gadget di malam hari.
Layaknya manusia, gadget pun butuh istirahat. Jika terus menerus digunakan
tanpa memberikan jatah istirahat, ia pun akan cepat sakit. Jika sakit,
kinerjanya akan berkurang dan akhirnya rusak.
Itulah maksud dari bersahabat
dengan gadget. Memperlakukan mereka layaknya memperlakukan seorang sahabat.
Memberikan waktu istirahat untuk mereka. Dan, mengurangi beban kerja dengan
meminimalkan penggunaan aplikasi di dalam gadget.
Sementara gadget bersistirahat,
gunakan quality time itu dengan
menciptakan kehangatan dalam keluarga. Ayah bunda mendengarkan segala celoteh
anak-anak sambil membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Kakak dan adik
bercerita pada ayah bunda tentang kegiatan sekolah yang seru atau tentang
rencana liburan kenaikan kelas. Sesederhana apapun yang menjadi topik
pembicaraan, yang terpenting adalah momen berkumpulnya. Akan ada kehangatan
yang tercipta, yang tidak bisa didapatkan dari gadget.
Mari, bersahabat dengan gadget
mulai hari ini. Dan, ciptakanlah kehangatan yang lebih nyata. Kehangatan dari
keluarga kita sendiri.
MomTalksTechno
Tidak ada komentar :
Posting Komentar